Ma’ruf tampak sibuk mengawasi tenaga kerjanya yang sedang memanen cabai rawit di lahannya. Petani cabai asal Desa Sidomulyo, Kecamatan Puncu, Kediri, Jawa Timur itu memang sedang memanen cabai rawit hibrida Bhaskara yang ia tanam di lahan seluas 450 ru atau sekitar 6.300 m2.
Meskipun baru empat kalinya panen, ia mengaku puas dengan hasil yang didapatkannya. “Sudah dapat delapan kuintal lebih,” ujar Ma’ruf.
Menurutnya, Bhaskara memang berbeda dengan cabai rawit lainnya, terutama yang varietas lokal. Produktivitasnya lebih tinggi dengan umur panen yang jauh lebih cepat. “Untuk mendapatkan sekilo (per pohon) itu tidak sulit,” kata Ma’ruf yang sudah berkali-kali menanam Bhaskara.
Bagi Ma’ruf, hal tersebut sangat menguntungkan petani sepertinya. Terlebih saat harga cabai sedang tinggi. “Cabainya bagus, cepat panennya, dan harganya juga pas tinggi,” ungkap Ma’ruf yang mengaku sudah mengantongi untung bersih Rp10 juta dari hasil panen Bhaskara yang “baru” keempat kalinya itu.
Hal serupa juga disampaikan Sugiharto, petani cabai dari Desa Bukur, Kecamatan Patianrowo, Nganjuk, Jawa Timur. Menurutnya, tingginya produktivitas Bhaskara itu salah satunya disebabkan oleh performa tanamannya yang lebih bagus.
“Bukan hanya lebih subur tanamannya, tapi buahnya juga lebih banyak. Bunga dan buahnya itu terus-terusan muncul,” ujar Sugiharto yang menanam Bhaskara 5.000 pohon, dan sudah tiga kali panen.
Narno, petani cabai di Desa Manggis, Puncu, Kediri mengatakan, umur panen Bhaskara lebih cepat satu bulan dibanding cabai rawit lokal. Jika cabai rawit lokal baru bisa panen di umur 90-100 hari setelah tanam (hst), Bhaskara sudah bisa mulai dipanen pada umur 60 hingga 70 hst.
Menurut Narno, meskipun umur panennya lebih cepat, tapi masa atau durasi panennya lebih lama. Sehingga hasilnya juga lebih banyak. “Habisnya (buah yang dipanen) bisa sama dengan yang lokal. Yang penting, selama petaninya telaten merawat, maka hasilnya bisa tetap bagus dan banyak,” terangnya.
Kualitas buahnya sendiri juga bagus. Suroso, petani sayuran di Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Magelang, Jawa Tengah mengatakan, bentuk dan ukuran buah cabai Bhaskara lebih bagus dan sangat seragam. “Tidak hanya seragam, tapi juga sangat lebat. Marem tenan ningaline (sangat puas lihatnya-red.),” ujarnya.
Sementara kalau rasanya sendiri, dijamin pedasnya. Parjono Sutrimo, petani di Desa Waru Karanganyar, Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah membenarkan. “Kualitas buahnya bagus, dan yang penting rasanya sendiri tidak kalah dengan lokal yang biasa ada di pasaran,” ucap petani muda itu.
Jago segala musim
Kelebihan lain dari Bhaskara yang juga menguntungkan petani adalah daya adaptasinya yang teruji bagus. Mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi tetap optimal hasilnya. “Bahkan dalam segala kondisi cuaca, hujan ataupun kemarau, hasilnya juga tetap bagus. Produktivitasnya tetap tinggi,” ujar Zainuri, Pimpinan Pengembangan Produk Benih Sayuran PT BISI International, Tbk..
Tanamannya juga lebih tahan terhadap serangan penyakit layu, baik yang disebabkan oleh bakteri maupun jamur. “Ketahanan terhadap virus kuning juga cukup bagus,” terang Zainuri.
Triawan, petani sekaligus pemilik usaha persemaian bibit cabai di Desa Kenaiban, Juwiring, Klaten, Jawa Tengah mengungkapkan, sejak di persemaian, pertumbuhan Bhaskara sudah meyakinkan. Tidak hanya lebih tahan dari penyakit, daya tumbuhnya juga sangat bagus. “Pertumbuhannya lebih cepat. Empat hari disemai pertumbuhannya bisa langsung byor (seragam dan muncul semua-red.),”ucapnya. (AT)