Merebaknya virus Corona dari Wuhan, China, telah menjadi perhatian seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, Corona juga telah menyebar dan menjangkiti para petani, khususnya petani tomat. Namun begitu, mereka merasa senang meski dijangkiti. Pasalnya, Corona yang menjangkitinya itu membawa kepuasan dan keuntungan bagi mereka.
Tiga kali berturut-turut gagal panen, membuat Sugiono merasa trauma dan enggan untuk menanam tomat lagi. Tapi, lantaran sudah terlanjur jatuh cinta dengan komoditas sayuran satu ini, ia pun memutuskan untuk kembali mencoba menanamnya. Hanya saja, ia menggunakan varietas yang berbeda dari yang ditanam sebelumnya.
“Ada yang menawarkan benih tomat baru, Corona (402) ini. Saya coba juga,” ujar Sugiono saat ditemui Abdi Tani di ladang Corona 402 miliknya di Desa Tertek, Pare, Kediri, Jawa Timur.
Namun, karena masih trauma, ia enggan memberikan perawatan yang optimal. Tanamannya itu hanya dirawat ala kadarnya. “Saya tidak berani memberikan perawatan yang lebih dengan biaya yang banyak, karena takut gagal lagi,” imbuhnya.
Tomat hibrida yang ditanamnya itu akhirnya bisa tumbuh dengan baik, di luar perkiraan Sugiono. Padahal kondisi cuacanya saat itu juga kurang mendukung, hujan terus-menerus. Sehingga wajar jika ia tidak menaruh banyak harapan tomatnya itu bisa tumbuh optimal hingga akhir panen. Namun, semua di luar dugaannya.
“Ternyata tanamannya bagus. Ini saya tanam di lahan bekas bawang merah. Cabangnya saja tidak saya ikat di ajir, karena takut harus tambah biaya tenaga untuk mengikat. Saya takut rugi lagi,” ungkapnya.
Melihat tanamannya berhasil tumbuh dengan baik, meskipun kurang optimal karena perawatan yang seadanya dan minimalis, ada perasaan menyesal di benak Sugiono. “Kalau tahu tanamannya bisa baik seperti ini, dari awal saya berani merawatnya dengan lebih bagus. Apalagi harganya juga sedang bagus,” sesal Sugiono
Tanaman Corona 402 milik Sugiono itu sudah memasuki masa panen. Ada sekitar 8.500 tanaman, dan sudah memasuki panen yang ke-10. Hingga panenan kesepuluh itu, total ia sudah mendapatkan hasil panen tidak kurang dari 7 ton.
“Dalam kondisi ekstrim, hujan terus menerus, tomat ini masih bisa berbuah normal, dan hasilnya bisa optimal. Buahnya masih cukup banyak, padahal sudah panen kesepuluh,” terang Sugiono.
Menurut Sugiono, jika dibandingkan dengan tomat yang biasanya ia tanam dan tiga kali gagal panen, hasilnya jauh lebih bagus. “Dalam kondisi lingkungan yang sama seperti sekarang ini, apabila tanamannya normal, tomat yang lain itu sampai akhir panen biasanya maksimal hanya dapat 8 ton. Corona ini baru panen kesepuluh sudah dapat lebih dari 7 ton,” katanya.
Sugiono memprediksi, hingga habis panennya nanti, tomatnya itu bisa tembus 12 ton. “Karena pucuknya masih banyak keluar bunga dan buah. Tanamannya juga masih kuat dan daunnya segar, tidak ada yang leles (layu-red.). Kalau hujannya berkurang bisa lebih banyak lagi hasilnya,” terangnya.
Sementara itu di Nganjuk, Jawa Timur, Gunadi juga memiliki pengalaman yang sama dengan tomat yang mulai bisa dipanen pada umur sekitar 60 hari itu. Petani bawang merah asal Desa Pehserut, Sukomoro, Nganjuk itu baru pertama kalinya menanam tomat, dan Corona 402 sebagai varietas pertama yang ia coba.
“Karena harga bawang merah sedang jatuh, saya ganti tanam tomat ini. Alhamdulillah, sekali belajar tanam tomat bisa bagus hasilnya. Padahal cuacanya ekstrim,” ujar Gunadi.
Dari 4.000 tanaman Corona 402 yang ditanamnya itu, hingga panenan ke-7, Gunadi sudah mendapatkan hasil sekitar 5,5 ton. “Perkiraan masih bisa sampai 14 kali petik. Tanamannya masih bagus, tidak ada yang terkena layu dan virus. Padahal tomat lain milik teman sudah banyak yang rusak, baru petik ke tujuh sudah habis,” terang Gunadi.
Tahan Virus dan Layu
Serangan virus dan layu memang kerap menjadi kendala utama para petani tomat yang menanam di musim-musim yang sulit. Seperti Sugiono dan Gunadi itu, mereka menanam tomat di musim yang terbilang sulit, curah hujan tinggi dan tingkat serangan penyakit tinggi. Namun, meskipun sulit, biasanya harga panennya tinggi. Karena tidak banyak petani lain yang menanam.
“Banyak petani gagal panen, termasuk saya, karena tanamannya tidak tahan virus. Banyak hujan, banyak yang terkena jamur, layu. Buahnya juga pecah-pecah atau retak,” ujar Sugiono.
Namun, dengan menanam varietas yang lebih adaptif, seperti Corona, usaha tani tomat di luar musim itu menjadi lebih mudah. “Ketahanan penyakitnya (Corona) kuat. Ditanam di musim yang ekstrim tidak ada yang terkena layu ataupun virus. Sehingga wajar kalau masih tetap bisa panen di musim yang sulit begini,” terang Sugiono.
Heru Prasetyo, petani di Desa Kalianyar, Ngronggot, Nganjuk, juga membenarkannya. Ditanam di lahan bekas tomat dan di musim kemarau, Corona 402 miliknya benar-benar tangguh dari serangan virus yang banyak menyerang di musim tersebut dan juga layu yang mudah muncul di lahan bekas tomat.
“Mantul tenan (mantap betul-red.). Benar-benar kuat tanamannya,” tegas Heru yang menanam 9.000 tanaman Corona 402 di lahan seluas 200 ru (±2.800 m2).
Demikian halnya dengan Sukra, petani sayur dari Desa Sukawangi, Kecamatan Pamulihan, Sumedang, Jawa Barat. “Sejak awal pertumbuhan bagus. Perawatannya lebih mudah, karena lebih tahan penyakit, terutama virus dan layu. Aman. Sampai sekarang sudah beberapa kali panen masih bagus,” terangnya.
Buah Keras dan Daging Tebal
Tomat Corona termasuk dalam golongan tomat semideterminate yang cocok ditanam di dataran rendah sampai dataran menengah. Buahnya berukuran sedang dengan berat sekitar 60 gram per buah.
“Buahnya bagus. Sangat seragam. Yang saya sukai itu (buahnya) keras dan dagingnya tebal. Tomat seperti ini yang disukai pasar di sini. Karena tidak mudah rusak kalau untuk kiriman jarak jauh,” kata Sugiono.
Hal yang sama disampaikan Gunadi. Menurutnya, hasil panen Corona 402 bisa langsung diterima pasar. “Pedagangnya langsung suka dengan buahnya yang seragam, keras, dan tahan simpan,” ujarnya.
Bukan hanya itu, buah tomat hibrida produk terbaru dari PT BISI itu juga lebat. “Mulai panen saat umur 63 hari setelah tanam, sampai sebulan lebih dipanen tidak habis-habis. Sampai lupa sudah berapa kali petiknya. Saking banyaknya. Lebat sekali buahnya. Per batang bisa lebih dari empat kilogram,” terang Heru.
Gunadi juga menyampaikan kepuasannya menanam tomat tersebut. Dengan segenap kelebihan yang dimiliki oleh Corona 402, bercocok tanam tomat menjadi lebih mudah, sekalipun di musim yang susah.
“Biayanya ringan, karena tanamannya lebih tahan penyakit dan mudah perawatannya. Hasilnya juga lebih banyak. Pokoknya tanam Corona (402) ini lebih enak, pasarnya pasti, hasilnya banyak, dan untungnya juga banyak,” pungkas Gunadi. (AT)