Panen Cepat atau Ditunda? Montana Bisa

Pak Dullah sudah beberapa kali menanam Montana. Salah satu alasan yang membuatnya suka bertanam kubis hibrida produksi PT BISI International, Tbk. itu adalah umur panennya yang fleksibel. Dipanen cepat bisa, ditunda panen pun juga tidak ada masalah.

“Umur 68 hari sudah bisa dipanen, (kepala) kubisnya sudah padat dan keras. Pernah juga saya undur panennya sampai 90 harian, kubisnya masih tetap tahan, tidak pecah,” terang petani kubis asal Desa Girirejo, Ngablak, Magelang, Jawa Tengah itu.

Demikian halnya dengan Pak Meli, petani kubis di kawasan dataran tinggi Ijen, tepatnya di Desa Jampit, Kecamatan Ijen, Bondowoso, Jawa Timur. Kubis Montana-nya itu biasa ia panen di umur 80 – 90 hari setelah tanam.

“Bagus tanamannya, mudah perawatannya. Kemarin saya panen umur 90 harian,” ujar Pak Meli.

Menurut Agung Adriansyah, pemulia tanaman sayuran dataran tinggi dan Cucurbitaceae PT BISI, Montana memang bisa dipanen hingga umur di atas 90 hari setelah tanam, terutama jika ditanam di dataran tinggi. “Pada dataran menengah pun juga masih mampu untuk ditunda panen, khususnya saat ditanam di musim kemarau,” jelasnya.

Kubis spesialis dataran tinggi itu, kata Agung, cukup adaptif ditanam di semua musim, kemarau maupun penghujan. “Tanamannya lebih tahan penyakit busuk hitam atau black rot,” ujarnya.

Hal itu dibenarkan Pak Sogol, petani kubis di Kelurahan Sarangan, Plaosan, Magetan, Jawa Timur. Selain lebih aman busuk hitam, kubis tersebut juga lebih tahan penyakit akar gada. Hal itu ia buktikan sendiri di lahannya yang berada di lereng gunung Lawu itu.

“Lebih aman dari akar gada juga. Jadi lebih mudah perawatannya,” kata Pak Sogol.

Sementara itu menurut Pak Agus, petani kubis dari Desa Cisurupan, Kecamatan Cisurupan, Garut, Jawa Barat, kubis Montana juga lebih aman dari serangan ulat. “Saat kubis yang lain banyak bermasalah dengan serangan ulat, Montana yang saya tanam tidak banyak yang terserang. Padahal perawatannya juga sama saja,” terangnya.

Pak Meli juga membenarkan. Menurutnya, di kawasan Ijen, kubis Montana memang lebih tidak disukai oleh ulat. Sehingga saat musim banyak ulat, kubis yang ditanamnya itu lebih aman.

Disukai Domestik dan Ekspor

Masalah pasar menjadi pertimbangan utama bagi para petani sebelum memutuskan untuk menanam suatu komoditas. Demikian halnya dengan Montana. Hasil panen yang mudah diterima pasar menjadi alasan utama bagi mereka untuk menanam kubis tersebut.

“Mudah jualnya, disukai pedagang. Karena, bentuknya gepeng, padat, dan tahan simpan,” ujar Pak Dullah yang terakhir kubis Montana miliknya dipanen sebanyak 3.000 tanaman dengan berat rata-rata 2 kg.

Menurut Pak Sogol, selain karena lebih tahan simpan, pedagang juga menyukai hasil panen Montana karena lebih mudah dikemas dan kuat pengangkutan jarak jauh. “Kubisnya itu antep (bobot-red.), kata pedagangnya lebih aman di perjalanan dan tahan simpan,” jelasnya.

Bukan hanya pasar domestik, hasil panen Montana juga telah masuk ke pasar ekspor Taiwan. Menurut Pak Estu, pedagang asal Malang, Jawa Timur yang biasa menyuplai kubis untuk kebutuhan pasar ekspor, kubis Montana telah memenuhi syarat untuk bisa dikirim ke Taiwan.

“Montana sudah bisa masuk ke Taiwan. Karena, ukurannya besar, rata-rata di atas 2 kilogram. Selain itu rasanya juga manis dengan tekstur yang renyah,” terang Pak Estu. (AT)