Pedas Bhaskara yang Masih Membara

Setiap tahun, Joni selalu menanam Bhaskara. Usia panen yang lebih cepat dengan hasil panen yang lebih banyak menjadi alasan utama petani asal Desa Kedungmungal, Kecamatan Pungging, Mojokerto, Jawa Timur itu untuk selalu menanam cabai rawit hibrida tersebut.

“Tanamnya cepat. Tidak perlu terlalu lama untuk menunggu panennya. Hasil buahnya juga lebih lebat,” terang Joni.

Demikian halnya dengan Suparman, petani cabai yang juga dari Desa Kedungmungal. Sejak sepuluh tahun yang lalu, setiap kali menanam cabai rawit, Bhaskara menjadi andalan utamanya. “Selalu tanam Bhaskara. Pertama, karena hasilnya lebih banyak, buahnya lebih padat dan bobot. Kedua, pertumbuhannya cepat. Umur 60 hari setelah tanam sudah mulai panen. Padahal, cabai biasa, umur 100 hari baru bisa dipanen,” ujarnya.

Dari Sulawesi Selatan, tepatnya di Kabupaten Wajo, Bhaskara juga sudah menjadi kesukaan para petani cabai di sana. Sandi salah satunya, pertama kalinya menanam, petani dari Desa Simpursia, Kecamatan Pammana, Wajo itu mengaku langsung jatuh hati dengan cabai rawit hibrida produksi PT BISI International, Tbk. itu.

“Bisa tahan penyakit layu dan busuk buah. Buahnya juga lebih banyak dan timbangannya lumayan berat. Senang tanamnya,” kata Sandi.

Bagi Sandi, meskipun belum pernah sekalipun menanam cabai, ia tidak merasa kesulitan sama sekali saat menanam Bhaskara. Menurutnya, menanam cabai tersebut justru lebih mudah. “Perawatannya lebih mudah, pertumbuhannya cepat, dan tidak mudah terserang penyakit,” terangnya.

Sementara itu, Suyadi, petani cabai dari Desa Puncu, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, juga menyampaikan kesenangannya saat bertanam Bhaskara. “Tanam Bhaskara itu enak. Biayanya irit, perawatannya juga tidak terlalu ruwet. Aman dari penyakit,” ujarnya.

Terlebih saat Suyadi melihat buahnya yang lebat. “Seneng banget, nang ati niku adem (senang sekali. Di hati rasanya dingin-red.). Karena, belum pernah saya menanam cabai rawit yang buahnya bisa selebat ini. Apalagi kalau harganya sedang bagus,” ungkapnya sambil tersenyum.

Hasil panen Bhaskara memang menggiurkan jiwa. Performa tanaman yang bagus sejak awal tumbuh semakin sempurna dengan buahnya yang lebat.

“Dari 4.500 tanaman, total bisa mendapatkan hasil tiga ton lebih. Lebat sekali buahnya,” kata Suparman.

Joni juga membenarkan hasil panen Bhaskara yang melimpah. Dari satu tanaman, katanya, minimal bisa menghasilkan setengah kilogram.

Sandi, yang baru mulai memanen Bhaskara yang ditanamnya juga mendapatkan hasil yang memuaskan. “Ini baru dua kali panen. Dari 2.500 tanaman, pertama panen dapat 11 kilogram, kemudian panen kedua dapat 31 kilogram. Harganya juga cukup bagus, Rp40.000 per kilogram,” terangnya.

Hasil yang melimpah namun dengan biaya yang lebih irit tentu menjadi hal yang sangat menyenangkan bagi petani. Terlebih hasil panennya juga digemari pasar.

“Tanam Bhaskara memang lebih irit. Sampai panen pertama umur 60 an hari baru saya pupuk dua kali,” kata Suyadi.

Menurut Suyadi, hasil panen Bhaskara yang sudah diterima pasar menjadi nilai lebih tersendiri. Karena, sebanyak apapun hasil panennya, petani seperti dirinya tidak khawatir lagi dengan masalah pasca panen. “Hasil panen bisa dengan mudah dijual ke pasar,” ujarnya.

Suparman juga membenarkannya. Kini para petani cabai yang menanam Bhaskara tidak perlu khawatir dengan masalah penjualan hasil panen. “Pasar sudah menerima dengan baik,” katanya.

Adaptif di Bawah Naungan

Budidaya cabai Bhaskara bisa di mana saja dan kapan saja. Mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Musim hujan maupun kemarau.

Menurut Andi Wahyono, pemulia tanaman cabai PT BISI, cabai Bhaskara memiliki daya adaptasi yang lebih luas, sehingga bisa ditanam di mana saja. Bahkan, ditanam di bawah naungan pun tetap bisa optimal. Karena, tanaman cabai tersebut lebih tahan dari penyakit layu, baik itu layu bakteri maupun layu fusarium, yang sering menjadi kendala saat tanaman cabai ditanam di bawah naungan yang lebih lembab dan kurang cahaya.

“Cabai Bhaskara juga lebih toleran penyakit busuk Phytophthora. Ketahanan virusnya juga cukup bagus,” ujar Andi. (AT)