Kutu sisik atau Diaspidiotus perniciosus menjadi salah satu hama utama pada tanaman apel. Hama tersebut pernah membuat jutaan tanaman apel di Kota Batu rusak parah hingga menurunkan produktivitas secara signifikan.
Tahun ini, intensitas serangannya diakui petani apel di Batu dan Malang juga masih cukup parah, terutama saat memasuki musim penghujan. Seperti yang disampaikan oleh Imam Sodikin, salah satu petani apel di Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Malang, Jawa Timur.
“Kutu sisik masih menjadi masalah utama petani apel, utamanya saat musim kemarau. Bahkan akhir-akhir ini serangannya cukup parah,” terang Imam atau lebih dikenal dengan panggilan Pak Kunting.
Menurut Pak Kunting, pada tingkat serangan yang parah, semua bagian tanaman apel yang ditanamnya tidak luput dari serangan hama utama apel tersebut. Daun menguning, rontok, dan tunas yang ada tidak mampu berkembang. Jika menyerang pangkal buah, maka buah apel akan rontok.
“Kalau serangannya parah, bunga dan buah juga terserang. Buah yang terserang akan ada bintik-bintik pada kulitnya, dan lama kelamaan akan membusuk. Ranting-ranting tanaman juga akan mengering semua. Jika dibiarkan, tanaman akan mati,” ujarnya.
Hama tersebut memang sangat mudah menyebar, dan sejumlah penelitian menyebutkan bahwa kutu sisik menjadi salah satu hama apel yang sulit dikendalikan. Pasalnya, hama tersebut memiliki tingkat perkembangan populasi yang tinggi, terutama pada saat musim kemarau.
Menurut Parry-Jones dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul “Bionomics and Ecology of Red Scale in Southern Rhodesia”, populasi kutu sisik tertinggi terjadi pada saat musim panas. Dimana induk betinanya bisa menghasilkan 7 crawler atau larva kutu instar awal per hari. Sementara pada saat musim dingin, populasinya jauh berkurang, induk betina kutu sisik hanya menghasilkan 1 crawler per hari.
Selain pada tanaman apel, kutu sisik juga hidup pada beberapa tanaman perkebunan, seperti jeruk, kelapa, kakao, kapas, dan murbei. Sehingga, wajar jika populasinya tergolong tinggi.
Cuci Hama
Sebagai petani yang sudah 12 tahun menggeluti tanaman apel, Pak Kunting cukup hafal dengan OPT yang biasa menyerang tanamannya. Termasuk dengan serangan kutu sisik tersebut.
Untuk mengantisipasi dan mengendalikan serangan hama dan penyakit, yang salah satunya kutu sisik, Pak Kunting selalu melakukan “cuci hama” sesaat setelah tanaman apelnya dirompes atau digunduli daunnya.
Menurut Pak Kunting, selama cuci hama itu, ia menggunakan campuran insektisida Multitomil 40SP yang berbahan aktif Metomil 40% dengan insektisida Buzzer 500EC yang berbahan aktif Profenofos 500 g/L.
“Setelah dua kali cuci hama dengan menyemprotkan campuran Multitomil dan Buzzer ke seluruh bagian tanaman, efeknya langsung kelihatan. Serangannya berhenti dan tanamannya bisa kembali bertunas,” ujar Pak Kunting.
Untuk keperluan cuci hama itu, Pak Kunting menggunakan Multitomil 40SP dan Buzzer 500EC sesuai dosis anjuran. “Untuk dua drum (400 L), Multitomil-nya sebanyak 500 gram. Sementara Buzzer sebanyak 500 ml,” terangnya.
Sekedar informasi, cuci hama merupakan istilah perlakuan pestisida pada tanaman apel saat tanaman selesai dirompes daunnya hingga tanaman kembali bertunas. Tujuan utamanya adalah mengantisipasi dan mengendalikan serangan organisme pengganggu tanaman, baik hama maupun penyakit.
“Penyemprotan (pestisida) selama cuci hama itu biasanya dua kali. Antara penyemprotan pertama dan kedua selisihnya satu minggu,” ujar Pak Kunting.
Setelah tanaman apel kembali bertunas pasca cuci hama, perlindungan tanaman terus dilakukan dengan aplikasi pestisida yang tepat dan bijaksana. “Dosisnya lebih rendah dibanding saat cuci hama,” jelas Pak Kunting.
Sementara menurut Ali Mashari, Pesticide Product Development PT Multi Sarana Indotani, kombinasi antara insektisida kontak Buzzer 500EC dengan insektisida kontak sistemik Multitomil 40SP memang efektif untuk mengendalikan serangan kutu sisik pada tanaman apel.
“Gabungan dua insektisida tersebut menjadikan pengendalian hama kutu sisik menjadi lebih efektif. Bahan aktifnya mampu menembus lapisan perisai pelindung yang ada pada tubuh kutu tersebut,” terang Ali. (AT)