Sunarno, atau biasa dipanggil Kisun, berjalan dengan raut muka sumringah (bahagia-jawa) di tengah-tengah hamparan ladang cabainya yang sebentar lagi memasuki masa panen perdana. Ia sedang mengairi sekaligus melakukan perawatan rutin terhadap tanaman cabainya itu.
Di lahan hutan milik Perhutani yang berada di Desa Gondang Tapen, Wates, Blitar, Jawa Timur, Kisun menanam tidak kurang dari 7.000 pohon cabai, beberapa di antaranya adalah cabai keriting hibrida Rimbun 3, yang berhasil membuatnya begitu sumringah tadi.
“Yang Rimbun 3 hanya dua ribu batang, karena baru pertama kalinya mencoba. Selebihnya cabai besar. Tapi melihat buahnya saja, saya sudah sangat senang sekali. Buahnya benar-benar rimbun. Nyenengne tenan, tandurane yo mupus terus (benar-benar menyenangkan, tanamannya juga terus trubus dan berbuah-red.),” ujar Kisun.
Melihat performa tanamannya yang menyenangkan itu, Kisun mengaku sangat yakin akan mendapatkan hasil yang melimpah nanti. “Saya yakin hasilnya bisa lebih dari satu kilogram per batangnya,” ungkap Kisrun yang sudah memantapkan diri untuk menanam Rimbun 3 lebih luas lagi pada musim tanam berikutnya.
Aman Suparman, petani sayuran asal Desa Linggamukti, Sucinaraja, Garut, Jawa Barat juga mengamini kerimbunan buah Rimbun 3 itu. Menurutnya, dengan perawatan yang biasa saja, hasilnya luar biasa.
“Tingginya bisa sampai dua meter, dan tidak berhenti berbuah. Berkat tanam Rimbun 3 saya bisa memperbaiki rumah saya ini,” ucap Aman yang kembali menanam Rimbun 3 sebanyak 6.000 pohon.
Menurut Aman, produktivitas Rimbun 3 cukup tinggi, lebih dari 1 kg/pohon. Hal itu didapatnya saat tanam perdana Rimbun 3 sebanyak 4.000 pohon. Total ia mendapatkan hasil tidak kurang dari empat ton. Dengan harga jual saat itu Rp32.000/kg, ia mendapatkan penghasilan hingga Rp128 juta.
“Waktu itu, dari 4.000 pohon, saya dapat keuntungan bersih Rp120 jutaan. Biayanya cukup irit, hanya Rp 7 jutaan,” ujar Aman.
Hasil panen itu, kata Aman, dua kali lipat lebih banyak dibanding hasil panen cabai keriting lainnya. Biasanya, cabai keriting yang biasa ia tanam sebelumnya maksimal hanya 20 kali panen. “Rimbun 3 ini sampai 40 kali petik, dua kali lipat cabai yang lain. Bahkan, sampai bunga kedua pun, bentuk dan ukuran buahnya masih tetap sama dan sangat seragam,” imbuhnya.
Sementara menurut Haji Ure, petani cabai di Desa Nanggerang, Cililin, Bandung Barat, Jawa Barat, selain produktivitasnya tinggi, Rimbun 3 juga memiliki umur panen yang genjah. “Rimbuh 3 sudah bisa dipanen sekitar umur 85 hari. Kalau cabai lain yang biasa saya tanam baru bisa dipanen pada umur 100 hari lebih atau selisih lima kali panenan dengan Rimbun 3,” katanya.
Tingginya produktivitas Rimbun 3 itu, kata Haji Ure, salah satunya ditunjang oleh karakter fisiknya. “Cabai ini memiliki percabangan yang banyak dan ruas yang pendek. Dari masing-masing ruas itulah muncul bunga dan buah. Sehingga wajar kalau hasilnya bisa lebih banyak,” terangnya.
Tahan virus dan layu
Di tengah kondisi lingkungan yang makin dinamis dan acapkali sulit untuk diprediksi, petani tentu sangat membutuhkan varietas yang lebih adaptif atau mampu bertahan di berbagai kondisi lingkungan seperti. Demikian halnya dengan Rimbun 3 ini. Di banyak kondisi, baik itu hujan ataupun kekeringan, cabai produksi PT BISI International, Tbk. itu tetap mampu bertahan dengan baik.
“Waktu saya tanam dulu pernah mengalami musim yang ekstrim, curah hujan tinggi, tapi setelah itu kering tanpa hujan sama sekali selama sebulan. Ternyata tanaman Rimbun 3 milik saya masih mampu bertahan. Padahal waktu itu petani cabai lain di desa saya banyak yang rusak karena layu,” ujar Jejen, petani cabai di Kampung Curug, Desa Bojong Gede, Banyuresmi, Garut, Jawa Barat.
Selain itu, lanjut Jejen, Rimbun 3 juga lebih tahan serangan virus Gemini yang umumnya menyebabkan daun tanaman menguning, keriting, dan stunting (kerdil), hingga tidak mampu berbuah.
“Musim tanam kemarin hampir semua petani cabai di sini terkena virus kuning. Tapi yang tanam Rimbun 3 alhamdulillah aman. Tanamannya masih tetap tumbuh dan berbuah normal,” terang Jejen.
Hal itu juga dibenarkan Aman. Terlebih serangan virus tersebut saat ini sudah tidak kenal musim lagi. Baik di saat kemarau ataupun hujan, intensitas serangannya sama tingginya.
“Meskipun ada beberapa yang kena, tidak banyak, dan yang penting lagi masih mampu untuk terus berbunga dan berbuah normal,” terang Aman.
Petani dan pedagang untung
Untungnya tanam Rimbun 3 tidak hanya dirasakan oleh para petani. Pedagang pun turut diuntungkan. Karakter buah Rimbun 3 yang merupakan tipe keriting sejati menjadi nilai lebih bagi pedagang, karena sudah pasti akan sangat diminati pasar.
“Yang pasti petani dan pedagang itu inginnya sama-sama untung. Rimbun 3 ini menurut saya sudah komplit semuanya. Pengerjaannya mudah, buahnya lebat, petiknya mudah, dan di pasar sudah langsung diterima,” ujar Haji Ure yang juga menjadi penyuplai cabai keriting di pasar induk Cibitung dan Caringin.
Tipe buah keriting sejati juga diakui Haji Ure sebagai salah satu keunggulan lain dari Rimbun 3. Buahnya benar-benar keriting dengan ukuran yang lebih kecil, sehingga langsung mendapat respon positif di pasar. Daya simpannya juga bagus.
“Hasil panen Rimbun 3 di pasaran hampir semuanya masuk kelas 1, tidak ada yang masuk kelas 3. Karena buahnya merah merata dan mulus, serta lebih tahan simpan dan pengangkutan jarak jauh,” terang Haji Ure. (AT)