Tidak perlu repot membungkus buah paria dengan plastik, dan tidak perlu terlalu khawatir lagi dengan serangan lalat buah. Itulah salah satu keuntungan bertanam Queen 12, “Si Ratu Paria” produksi PT BISI International, Tbk.
Musim hujan kali ini memberi tantangan tersendiri bagi para petani sayuran, salah satunya petani paria. Tidak hanya intensitas hujan yang tinggi sebagai akibat dari pengaruh La Nina, namun serangan hama dan penyakit juga meningkat. Serangan lalat buah misalnya.
Akhir-akhir ini banyak petani paria yang direpotkan oleh serangan lalat buah yang membuat hasil panennya bermasalah. Buahnya tidak normal, busuk, rontok, dan tidak bisa dijual.
Sebagai langkah antisipasi, tidak sedikit petani paria yang membungkus buah yang masih kecil dengan menggunakan plastik. Tujuannya agar lalat buah tidak hinggap dan meletakkan telurnya di buah tersebut.
Meski demikian, hal itu cukup merepotkan. Petani harus meluangkan waktu khusus, tenaga, dan biaya untuk membungkus semua buah yang masih ada di pohon tersebut.
“Repotnya begini, kita tanamnya kan banyak, jadi butuh waktu, tenaga, dan biaya tambahan yang yang lebih banyak. Yang jelas, kalau dibrongsong (dibungkus-red.) tenaganya gak nutut (tidak cukup-red.). Saya malah rugi kalau begitu,” ujar Sumarji, petani paria dari Desa Kunir, Kecamatan Wonodadi, Blitar, Jawa Timur.
Selama bertanam paria, Sumarji memang tidak pernah bermasalah dengan lalat buah. “Ada yang terserang, tapi sangat sedikit sekali, hanya beberapa buah saja,” terangnya.
Menurut Pak Marji, demikian panggilan akrab Sumarji, jenis paria yang ditanam juga sangat menentukan. Sejak dirinya menanam paria hibrida Queen 12, masalah lalat buat tidak pernah menjadi kendalanya.
“Queen 12 memang bagus dan lebih aman dari lalat buah. Tidak perlu dibrongsong (dibungkus-red.) buahnya,” ucapnya saat ditemui di lahan paria Queen 12 miliknya yang sudah mulai panen.
Hal yang sama juga disampaikan Anas, petani paria dari Desa Ngampel, Kecamatan Papar, Kediri, Jawa Timur. “Sejak saya tanam Queen 12 ini kok lebih aman dari lalat buah. Perangkap lalat buah yang saya pasang di lahan juga bersih, tidak ada yang terperangkap. Padahal, biasanya selalu ada lalat buah yang menyerang, terutama saat buah mulai dipanen,” ujarnya.
Yuni, petani sayuran dari Ponggok, Blitar, turut membenarkan. Meskipun baru pertama kalinya menanam Queen 12, buahnya lebih aman dari lalat buah. “Aman mas, tidak ada yang terkena lalat buah. Padahal pas musim hujan begini lalat buah banyak menyerang,” terangnya.
Sementara itu, Harjono, petani sayuran di Desa Mrebung, Kecamatan Klaten Selatan, Klaten, Jawa Tengah juga mengakui keunggulan paria tersebut. “Warna buahnya lebih gelap dari paria yang biasanya itu. Sejak awal berbuah sampai mulai panen ini cukup aman dari lalat buah,” katanya.
Menurut Hoerussalam, SP., M.Sc., Seed Health Testing Manager, Laboratorium Proteksi Tanaman, Departemen Bioteknologi, PT BISI International, Tbk., tanaman yang memiliki warna buah lebih gelap memang cenderung tidak disukai oleh lalat buah. Sehingga, warna buah paria Queen 12 yang lebih gelap menjadi nilai tambah tersendiri bagi petani, karena lebih aman dari lalat buah.
“Jika dibandingkan warna buah yang terang, khususnya kuning, warna buah yang lebih gelap cenderung tidak disukai lalat buah,” ujar Salam.
Hasil Melimpah
Jika hanya sekedar aman dari lalat buah rasanya tidak akan cukup memuaskan bagi petani. Karena, yang utama bagi petani adalah hasilnya yang melimpah dengan “bonus utama” ketahanannya terhadap serangan hama dan penyakit.
“Queen 12 ini bagus hasilnya, buahnya banyak. Sudah bertahun-tahun tanam selalu memuaskan, tidak ada masalah sama sekali,” ungkap Pak Marji yang rutin menanam Queen 12 hingga 2,5 ha dalam sekali musim tanam.
Saat puncak panen Queen 12, kata Pak Marji, dalam sekali petik bisa mendapatkan 3 ton/ha. Dari pengalamannya, periode panen paria tersebut rata-rata mencapai 25 kali petik dengan selang 3 hari “Puncaknya itu pada petikan ke-10 sampai ke-15. Bisa dapat tiga ton per hektar. Kalau dihitung per tanaman, rata-rata bisa menghasilkan lima kilogram,” terangnya.
Hal itu juga dibenarkan Anas. Menurutnya, paria tersebut memang berbeda dari yang lain. Terutama dalam hal produktivitas. “Hasilnya lebih banyak. Kalau dilihat dari tanamannya, sulur dan cabangnya serta calon buahnya itu memang lebih banyak. Sehingga wajar kalau buahnya lebih banyak dari yang lain,” ujarnya.
Demikian halnya dengan Harjono, meskipun belum lama beralih menggunakan benih Queen 12, ia sudah bisa membuktikan bahwa produktivitas paria tersebut lebih baik dari yang lain. “Buahnya berbeda, lebih seragam, lebih panjang, dan yang jelas lebih banyak. Untuk dapat lima kilogram per tanaman itu tidak sulit,” ujarnya.
Sementara bagi Yuni, menanam Queen 12 itu lebih memudahkan petani seperti dirinya. Pasalnya, perawatannya lebih mudah, irit biaya, dan hasilnya memuaskan. “Pare niki penak tandurane, penak ramutane, niki mawon lahane bekas lombok. Mupuke nggih sak kobere, ragate mboten katah (paria ini mudah tanamnya, mudah perawatannya, ini saja ditanam di lahan bekas cabai. Pemupukannya juga sekedarnya, biayanya tidak banyak-red.),” ujarnya. (AT)